Pacitan KontroveraiNews - Keberadaan sampah yang notabenya barang yang tidak bermanfaat kini benar benar menimbulkan masalah baru.Berbagai cara dan metode bahkan sosialisai telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Pacitan.Bahkan OPD ini tidak henti hentinya memberikan penyuluhan terkait pengelolaan sampah kepada masyarakat melalui berbagai kesempatan.
Timbunan sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat di Kabupaten Pacitan masih tinggi. Kalkulasi terkini menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat Pacitan menghasilkan sampah 0,51 kg per orang/hari. Dan sebagian besar masyarakat masih belum melakukan pengelolaan sampah yang eco-friendly (ramah lingkungan), masih belum memilah sampah, buang sampah sembarangan, membakar sampah secara terbuka dan sebagainya. "Ini PR tersendiri bagi kami, kesadaran masyarakat terhadap sampah harus ditingkatkan.Agar penumpukan sampah tidak terjadi.Terlebih terhadap penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh timbunan sampah. " kata Cicik Roudlotul Jannah ST MM kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan 21/08/2024.
Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan. Instansi yang salah satu tugasnya adalah menjaga kebersihan dan keindahan Kabupaten Pacitan,OPD yang selalu berhububgan dengan tata kelola lingkungan hidup ini mengakui beratnya tugas mengubah mindset masyarakat dalam mengelola sampah. "Mindset sebagian besar masyarakat sekarang adalah,sampah merupakan sesuatu yang tidak berguna dan harus dibuang, " papar Yoni Kristanto, Kabid PSLB3 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan, 21/08/2024.
Karena mindset tersebut sampah yang dihasilkan di tiap rumah tangga dikantongin tanpa dipilah lalu dibuang ke TPS atau diambil mitra kebersihan yang kemudian bermuara di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)sampah yang berlokasi di desa Dadapan kecamatan Pringkuku.
Dampak dari timbunan sampah yang tinggi ini menjadikan TPA berpotensi cepat penuh. "Kita baru baru ini membangun sel sel di TPA, itu rencananya untuk masa pakai 10 tahun. Kalau laju timbunan sampah tidak bisa dikurangi, mungkin 3 tahun sel sel TPA bisa penuh dan kita gak bisa pakai lagi. Bisa bisa mirip yang di Piyungan Yogya, " tambah Yoni.
Sampah yang masuk ke TPA cukup besar dikarenakan masih belum optimalnya pengelolaan sampah di sumbernya, terutama sampah rumah tangga. Apabila ada proses pengelolaan sampah di rumah tangga, seperti pemilahan, pengomposan sederhana, menabung sampah di bank sampah, daur ulang dan sebagainya, dipastikan sampah yang diangkut dan ditimbun di TPA akan berkurang.
Karena itu urusan sampah adalah urusan bersama, dipikirkan bersama dan perlu gerakan bersama yang sinergis. Pemerintah, pecinta lingkungan, dunia usaha, masyarakat dan semua yang menghasilkan sampah harus ikut serta dalam gerakan ini.
"Ayolah... Jangan cuma jadi penonton, pengamat atau komentator dalam pengelolaan sampah ini. Pak Bupati bersama Pemkab Pacitan, DPRD, aktivis TPS 3R, pecinta lingkungan dan sebagian masyarakat sudah bergerak sesuai kapasitas masing-masing. Kita butuh kerja sama dan kerja bersama, " tambah Yoni. "Monggo kita berperan, setidaknya untuk mengelola sampah yang kita hasilkan sendiri, " pungkasnya.(Addy Gandul)